Kamis, Juni 25, 2009

Kado Ulang Tahun Berisi "Tamparan Keras" Dari AMNESTI INTERNASIONAL Bagi POLRI Yang Dituding Brutal Penuh Kekerasan, Kerap Minta Imbalan Uang & Seks

http://www.detiknews.com/images/content/2009/02/10/10/LOGO-POLRI.jpg

Jakarta 25/6/2009 (KATAKAMI) Jika ada pihak yang tahu dan semakin banyak "mendapatkan" fakta-fakta atau informasi baru yang sangat buruk serta negatif di dalam sepak terjang KEPOLISIAN INDONESIA Atau POLRI, maka pastilah akan merasa sangat putus asa. Seperti api dalam sekam.

Berbagai brutalisme, kerakusan, korupsi dan berbagai pelanggaran hukum yang patut dapat diduga dilakukan POLISI INDONESIA, tampaknya sudah tak bisa lagi disembunyikan atau diredam.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiZ4He6sm4HpWVW5WILCIgbT-T89YFaD_GCkN_rXJkHc0CQdY1sWvsVSx2b3j0tvB9gL9Bullch1jguZ0yeJcomVqiccpXRvHOEWLAgu8j7pDVr62fC8-2Mgfza0sZbvJ6OiD412qCS9Zg/s400/logo%2520amnesty%2520international.jpg

Mari, kami ajak anda menyimak sejenak sebuah berita terbaru yang disiarkan RADIO BBC LONDON.

Polisi Indonesia
Polisi Indonesia mendapat sorotan dari Amnesty International

Amnesty International menyatakan polisi Indonesia masih sering terlibat kekerasan dan penyiksaan para tersangka, demikian laporan RADIO BBC LONDON.

Laporan Amnesty International yang disiarkan hari Rabu ini juga menyebutkan para pelakunya jarang diadili.

Kelompok pegiat hak asasi manusia yang berkantor di London ini seperti dikutip kantor berita Reuters, mengakui berbagai upaya dalam satu dasa warsa ini untuk membuat polisi lebih profesional dan akuntabel.

Namun langkah ini dikatakannya, gagal menghilangkan masalah yang sudah banyak dilakukan.

Wakil Direktur Amnesty International Asia Pasifik Donna Guest seperti dikutip kantor berita Reuters mengatakan, "Dalam beberapa kasus, pelanggaran itu terkait langsung dengan upaya polisi menerima suap dari tersangka."

Disebutkan pula, mereka yang tidak bisa membayar uang suap akan diperlaukan lebih buruk.

Menurut Guest, meskipun para pejabat tinggi di pemerintahan dan polisi etlah membuat komitmen untuk mengadakan perubahan namun tidak sampai kepada kebanyakan polisi.

Kelompok rawan

Laporan itu menemukan, pengguna narkoba, pelanggar hukum yang berulangkali, wanita termasuk pekerja seks komersial rawan terhadap pelanggaran itu.

Dalam beberapa kasus kekerasan terkait dengan upaya polisi mendapat uang suap

Donna Guest, Amesty International

Amnesty mengatakan telah berbicara kepada korban pelanggaran, pejabat polisi, pengacara dan kelompok pegiat HAM dalam dua tahun terakhir saat menyusun laporan ini.

Disebutkan, mekanisme disiplin di dalam kepolisian tidak mampu secara efektif menangani pengaduan atas perilaku polisi sedangkan para korban sering tidak tahu kemana mereka mengajukan laporan.

Amnesty mendesak pemerintah mengumumkan pelanggaran yang sudah sering terjadi itu dan melakukan penyelidikan yang tidak memihak dan efektif terhadap setiap tuduhan.

Juru bicara Kepolisian Indonesia Abubakar Nataprawira membela kinerja 371.000 personil kepolisian.

"Pada tahun 2010 kami menargetkan sebagai lembaga yang disenangi bukan ditakuti masyarakat," katanya seperti dikutip Reuters seraya menambahkan restrukturisasi di kepolisian masih terus berlanjut.

Mekanisme sanksi juga telah diberlakukan untuk menghukum polisi yang menerima uang suap.

http://www.logodesignlove.com/images/classic/amnesty-logo.gif

Kini, kami ajak anda menyimak berita yang disiarkan Radio Nederland BELANDA :

Di Indonesia polisi masih menyiksa dan melakukan pelecehan kaum tertuduh dalam skala besar. Demikian organisasi HAM Amnesty International dalam laporannya yang terbit Rabu.

Walaupun kalangan puncak berjanji akan memberantas keadaan yang tidak beres di korps polisi, namun, demikian Amnesty, kekerasan masih merajalela. Laporan organisasi HAM ini berdasarkan pembicaraan dengan pihak polisi, pengacara dan para korban kekerasan polisi.

Menurut para penyidik, korban utama adalah kaum terlemah masyarakat, seperti pecandu narkoba dan pekerja seks komersial. Perlakuan yang lebih manusiawi bisa diperoleh dengan imbalan seks atau uang. Amnesty International kini menghendaki agar pemerintah di Jakarta mengakui masalah ini dan mengadakan penyidikan independen.

Walaupun sudah menandatangani perjanjian internasional PBB yang menentang kekerasan, namun Indonesia masih belum memiliki UU yang melarang kekerasan jenis itu.


Luar biasa, laporan AMNESTI INTERNASIONAL ini diumumkan persis sehari sebelum peringatan HARI ANTI NARKOBA INTERNASIONAL (HANI) yang diperingati secara rutin setiap tanggal 26 Juni.

Lalu, hanya dalam hitungan beberapa hari ke depan, POLRI akan merayakan HARI BHAYANGKARA atau HARI ULANG TAHUN POLRI pada tanggal 1 Juli 2009.

Belum pernah terjadi dalam sejarah, persis menjelang perayaan HUT POLRI ada laporan internasional yang sangat menampar dan meluluh-lantakkan kehormatan POLRI secara INSTITUSI.

Indonesia tak perlu merasa tersinggung atas hasil investigasi yang akurat dan membanggakan dari AMNESTI INTERNASIONAL. Sebagai lembaga internasional yang sangat kredibel, AMNESTI INTERNASIONAL tentu tidakan sembarangan dalam mempublikasikan hasil investigasi mereka.

Pertanyaan kini adalah, sejauh mana PEMERINTAH INDONESIA menyikapi laporan dan temuan dari AMNESTI INTERNASIONAL ?

Cuek bebek, atau ada itikat baik untuk membenahi dan memangkas semua "kotoran" yang sangat amat belepotan di wajah POLRI ?

Selama ini, semua pemberitaan media massa nasional yang menyoroti berbagai pelanggaran hukum dan semua "rahasia kotor" yang patut dapat diduga menjadi catatan inti dari rekam jejak sejumlah oknum POLISI INDONESIA, seakan kesepian dan tak digubris samasekali. Seakan buta dan tuli terhadap kekritisan media massa nasional.

Hebatnya lagi, patut dapat diduga Komisaris Jenderal Gories Mere yang menjadi BEKING UTAMA dari kasus narkoba yang melibatkan sindikat bandar internasional Liem Piek Kiong alias MONAS, justru dengan percaya diri merusak hebat, menteror dan melakukan upaya pembunuhan yang terencana terhadap KATAKAMI pasca dimuatnya berbagai tulisan mengenai hal ini.

http://data5.blog.de/media/918/3412918_349984e108_s.gif

Patut dapat diduga, sejumlah KOMISARIS BESAR yang menjadi anggota inti dari "KUBU GORIES MERE" ikut dikerahkan untuk menghajar, menggempur, merusak saluran internet dengan menggunakan alat penyadap, melakukan penyadapan ilegal yang terus menerus dan tak pernah berhenti melakukan teror fisik yang mengancam keselamatan jiwa.

Datangnya laporan dan hasil investigasi dari AMNESTI INTERNASIONAL ini merupakan tamparan yang sangat memalukan dan menyakitkan.


Patut dapat diduga, reformasi birokrasi yang didengungkan POLRI beberapa waktu lalu hanya basa-basi dan tak pernah mungkin terealisasi. Inilah buah dari kegagalan kepemimpinan KAPOLRI Jenderal Bambang Hendarso Danuri, terutama Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani dan Kadiv. Propam Irjen Oegroseno.

Mengapa disebut kegagalan ?

Ya, sebab temuan dan investigasi yang dilakukan AMNESTI INTERNASIONAL itu dilakukan pada era kekinian bukan pada era kepemimpinan Tri Brata 1 sepuluh atau duapuluh tahun lalu.

AMNESTI INTERNASIONAL berbicara mengenai pelanggaran berat POLRI di era kekinian ! Dan belum pernah terjadi, ada tamparan yang sangat keras dari komunitas internasional yang seburuk ini dalam sejarah perjalanan bangsa terhadap POLRI.

Alangkah malunya INDONESIA, menyaksikan perkembangan POLRI yang sangat carut marut. Komunitas Internasional, ternyata "TIDAK TIDUR" tetapi terus mengamati dan sangat cermat melakukan investigasi langsung di lapangan.

Ada hikmah yang sangat jelas dari semua perkembangan penting ini yaitu POLRI jangan terbiasa menutupi aib dan seakan "SOK" menjaga kehormatan dengan mengamankan oknum PEJABAT atau ANGGOTA yang nyata-nyata melakukan dugaan pelanggaran hukum yang sangat fatal.

http://www.minorityadvocate.com/images/Stop_Police_Abuse.jpg

Kekritisan media dibalas dengan brutalisme.

Kekritisan media dibalas dengan arogansi.

Kekritisan media dibalas dengan kesewenang-wenangan.

Kekritisan media dibalas dengan amukan-amukan yang sangat tidak manusiawi.

Saatnya, PEMERINTAH INDONESIA merombak total kepemimpinan POLRI yang saat ini bercokol, apalagi yang memang patut dapat diduga menjadi BIANG KEROK pelanggaran-pelanggaran hukum yang fatal. Jangan dilindungi. Jangan diamankan. Jangan ditutupi.

Selama ini, POLRI merasa seolah-olah menjadi INSTITUSI yang solid. Padahal patut dapat diduga, didalamnya terdapat banyak faksi, intrik dan berbagai pelanggaran hukum berat yang disembunyikan demi nama baik POLRI.

Ternyata mata dunia melihat dengan seksama. Ternyata telinga dunia mendengar dengan seksama. Betapa malunya jika semua aib dan pelanggaran hukum berat itu terus menerus disembunyikan dan dikubur-kubur dalam-dalam -- tanpa ada kesadaran untuk mereformasi diri dan menegakkan hukum sebagaimana mestinya.

http://gizhel.files.wordpress.com/2008/06/apa-kata-dunia.jpg

Apa kata dunia, demikian slogan yang sangat dikenal sebagai ciri khas tokoh utama dalam film NAGABONAR ?

Kalau terus menerus POLRI membiarkan oknum PEJABAT atau ANGGOTANYA bertindak semena-mena mengangkangi KEMURNIAN PENEGAKAN HUKUM maka tidak tertutup kemungkinan negara-negara sahabat yang selama ini setia mendukung dan memberi bantuan kepada POLRI, akan menarik semua dukungan dan bantuan mereka yang berkelimpahan. Tidak tertutup juga kemungkinan, POLRI akan dikucilkan dari pergaulan internasional.

Berkali-kali, KATAKAMI menghadirkan atau menyelipkan sebuah kalimat bijak dalam berbagai tulisan utama kali yaitu "KEBENARAN ITU IBARAT AIR YANG MENGALIR, IA AKAN MENGALIR WALAU DIBENDUNG".

Pejabat teras setingkat Irwasum dan Kadiv Propam POLRI, harusnya menjadi tulang punggu Kapolri dalam melakukan pengawasan dan penegakan disiplin tetapi patut dapat diduga derasnya aliran informasi yang membuka aib, topeng dan semua rahasia pelanggaran hukum FATAL dari oknum POLRI membuat pejabat-pejabat teras ini patut dipertanyakan integritas dan kinerjanya.


Contoh kecil saja, dalam kasus narkoba bandar Liem Piek Kiong atau MONAS yang ditangkap bulan November 2007 dengan barang bukti 1 JUTA PIL EKSTASI.

Dari 9 orang yang ditangkap, hanya 3 orang yang berkas perkaranya dilimpahkan POLRI kepada KEJAKSAAN AGUNG. Sisanya "dilepaskan". Bahkan, bandar Liem Piek Kiong alias MONAS sudah 3 kali berturut-turut dibebaskan alias diloloskan dari jerat hukum -- sementara isteri dari MONAS alias Cece yang ikut ditangkap di Apartemen Taman Anggota (November 2007), sudah mendapatkan vonis mati dari Pengadilan Negeri Jakarta Barat.

http://data5.blog.de/media/898/3376898_914dc925ae_m.jpg

Tetapi walau sudah divonis mati, Cece tetap menjadi bandar narkoba dan mengendalikan perdagangan gelap narkoba dari balik jeruji besi di Rutan Pondok Bambu Jakarta Timur --.

Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri memerintahkan Irwasum Komjen Jusuf Manggabarani untuk melakukan pemeriksaan intensif sejak bulan Desember 2008 atas kasus rekayasa Berita Acara Pemeriksaan (BAP) sehingga Bandar MONAS bisa lolos dari jerat hukum.

http://data5.blog.de/media/546/3378546_c06894b653_m.gif

Lebih dari 50 orang diperiksa, tapi pemeriksaan itu tidak menyentuh samasekali Komjen Gories Mere yang patut dapat diduga menjadi BEKING UTAMA bandar narkoba MONAS.

Hebatnya lagi, sumber KATAKAMI Di MABES POLRI menginformasikan bahwa Kapolda Riau Indradi Tanos sudah dicopot dari jabatannya sebagai Kapolda -- padahal Indradi Tanos samasekali belum pernah diperiksa oleh Tim Irwasum --. Saat sindikat kemafiaan Liem Piek Kiong alias MONAS ini ditangkap, Indradi Tanos menjabat sebagai Direktur Narkoba Bareskrim POLRI.

Ada tabir misteri yang sangat mengerikan dibalik kasus bandr narkoba Liem Piek Kiong alias MONAS ini. Dan POLRI, patut dapat diduga sengaja mendiamkan dan membiarkan ketika KATAKAMI dihajar habis-habisan dan diteror dengan sangat brutal mengerikan oleh kubu Komjen Gories Mere karena berani-beraninya memberitakan kasus kotor seputar BANDAR NARKOBA MONAS.

POLRI juga, patut dapat diduga sengaja memdiamkan dan membiarkan ketika KATAKAMI dirusak habis-habisan, disadap, diteror dan diintimidasi -- laptop dan komputer kami semua dirusak --, termasuk nomor koneksi internet M2 yang kami gunakan, tidak ada yang tidak dirusak.

Padahal pada tanggal 14 Januari 2009, kasus pengrusakan terhadap KATAKAMI ini sudah dilaporkan secara resmi ke POLDA METRO JAYA, KOMNAS HAM dan DEWAN PERS. Kepada KOMNAS HAM, penyidik POLDA METRO JAYA menginformasikan carut marutnya dan brutalnya pengrusakan ini disebabnya karena "RUSAKNYA JARINGAN KONEKSI INTERNET". Inilah tulah atau karma yang diterima oleh POLRI.

Bagaimana bisa ada kerusakan jaringan internet, jika yang termuat dari tulisan-tulisan tertentu di KATAKAMI hanya bagian judul saja ? Bagaimana bisa disebut tidak ada pengrusakan oleh pihak lain kalau semua format tulisan, format desain dan tata letak KATAKAMI dan semua BLOG yang kami miliki dirusak habis-habisan ?

Kami menyambut baik, himbauan internasional agar POLRI direformasi secara total. Jangan ada lagi yang dilindungi jika memang melakukan pelanggaran hukum, HAM dan Kemanusiaan. Tidak cuma di dalam kasus bandar narkoba MONAS, tetapi harus dibuka semua dugaan pelanggaran hukum yang sangat fatal dalam penanganan terorisme.

Patut dapat diduga, GORIES MERE terkait dalam peledakan bom di Hotel JW Marriot dan didepan Kedubes Australia. Sumber KATAKAMI di KEPOLISIAN INDONESIA menyebutkan bahwa pasca peledakan bom di Hotel JW Marriot sebenarnya INTERPOL sudah menawarkan bantuan untuk Tim Satgas Bom tetapi ditolak.

Caranya, menurut sumber, patut dapat diduga Tim Satgas Bom menyodorkan 2 juta nomor telepon yang diklaim telah disadap dan perlu dibongkar untuk mengusut kasus peledakan bom di bulan Agustus 2003 tersebut.

Patut dapat diduga, banyaknya nomor telepon yang diklaim telah disadap seputar jaringan Al Jamaah Al Islamyah merupakan rekayasa dan tindakan hiperbola dari Gories Mere sebagai orang yang memimpin penanganan terorisme saat itu.

http://www2.kompas.com/utama/news/0311/14/214229.jpg

Kasus lain yang lebih mencengangkan, sumber KATAKAMI yang notabene adalah Jenderal Berbintang 4 menyebutkan bahwa seorang sahabatnya yang bersekolah di Malaysia telah mendapatkan informasi bahwa sebenarnya gembong teroris dr Azahari BELUM MATI. Sehingga, klaim dari INDONESIA bahwa gembong teroris dr Azahari ini telah ditembak mati pada bulan November 2005 adalah isapan jempol dan rekayasa yang sangat memalukan.

Ini mengingatkan KATAKAMI terhadap sebuah informasi dari wartawan senior yang mendapatkan "cerita tersendiri" dari seorang Mantan Kapolri bahwa saat POLRI mengumumkan dr Azahari telah tewas, Mantan Kapolri ini menghubungi Kapolri (saat itu) Jenderal Sutanto bahwa kebijakan Sutanto agar jenazah "dr Azahari" tidak perlu diotopsi -- karena POLRI meyakini bahwa yang mati itu adalah dr Azahari -- adalah sebuah kebijakan yang sangat ganjil dan bisa mempermalukan Indonesia di mata dunia internasional. Bayangkan, bagaimana mungkin dalam sebuah tindakan penyerangan yang diklaim telah menewaskan gembong teroris berbahaya, jenazahnya tidak diotopsi ? Ada apa dibalik semua itu ?

Entah mau ditaruh dimana muka kita sebagai sebuah BANGSA, disaat lembaga internasional sekredibel AMNESTI INTERNASIONAL menemukan begitu banyak aib, borok, bopeng dan berbagai pelanggaran hukum yang memalukan pada wajah dan tubuh "POLRI".

Belum lagi kalau AMNESTI INTERNASIONAL tahu bahwa oknum Pejabat POLRI -- terutama Kubu Komjen Gories Mere -- menindas jurnalis yang konsisten menyuarakan kebenaran dan keadilan. Tak punya rasa malu dan tidak tahu diri, menyalah-gunakan perangkat penyadapan dan perangkat teknologi yang dibeli dengan UANG RAKYAT tetapi untuk menindas rakyatnya sendiri.

Herannya, didiamkan pula -- dan terkesan sengaja dibiarkan -- oleh Kapolri Jenderal Bambang Hendarso Danuri.

Terimakasih Tuhan, Terimakasih "DUNIA", Terimakasih AMNESTI INTERNASIONAL dan terimakasih kepada nilai-nilai KEBENARAN yang bermuara para pentingnya upaya penegakan hukum yang murni dan konsekuen.

AMNESTI INTERNASIONAL dan "DUNIA" secara keseluruhan, jangan berhenti hanya sampai disini. Masih ada pertunjukan lain yang besar kemungkinan akan terjadi pada panggung politik PILPRES 2000.

Netralitas POLRI dituntut untuk sangat tegas dilakukan sehingga jangan sampai ada pemaksaan kehendak guna memberikan jalan bagi pasangan Capres - Cawapres tertentu untuk menang.

Ditambah lagi ada duapuluh juta orang rakyat Indonesia tidak bisa memilih pada Pemilu Legislatif bulan April 2009 lalu dan KOMNAS HAM telah merekomendasikan agar 20 juta orang rakyat Indonesia yang dirampas hak politiknya itu WAJIB difasilitasi untuk tetap memberikan hak suaranya.

http://latimesblogs.latimes.com/washington/images/2008/06/04/jimmy_carter_believe_barack_obama_s.jpg

Dan sekedar untuk melengkapi tulisan ini, rasanya seakan-akan komunitas internasional -- termasuk Amerika Serikat -- sudah mulai "kehilangan rasa persahabatan" terhadap rakyat Indonesia sebab pada pelaksanaan Pemilu Legislatif 2009 lalu, tidak ada tim independen dari dunia internasional -- khususnya dari Mantan Presiden Jimmy Carter -- yang ikut membantu memantau dan mengawasi jalannya pesta demokrasi.

Biasanya, tim pemantau asing ini ikut memonitor jalannya pesta demokrasi Indonesia. Tetapi pada Pemilu Legislatif 2009 lalu, tidak ada samasekali kekritisan dari tim pemantau asing yang kredibel untuk mengawal proses demokratisasi di Indonesia. Bukan untuk mencampuri urusan dalam negeri Indonesia sebab tim pemantau independen ini bersifat untuk "menyaksikan" saja.

Terbukti, dengan tidak disaksikannya pesta demokrasi Pemilu Legislatif bulan April 2009 lalu, 20 juta rakyat Indonesia telah dirampas HAK POLITIKNYA dan patut dapat diduga POLRI sengaja tidak mau menerima laporan tindak kecurangan pada pesta demokrasi itu.

http://redaksikatakami.files.wordpress.com/2009/04/1-oao.jpg

DUNIA INTERNASIONAL -- entah itu Amerika Serikat atau negara manapun juga-- janganlah pernah dan janganlah sampai mengurangi rasa persahabatan dan perhatian yang hangat kepada rakyat Indonesia.

Jangan menunggu sampai Indonesia harus hancur lebur dan luluh lantak seperti IRAN -- pasca kekisruhan Pemilu Pilpres disana --.

Akhirnya, sebagai anak bangsa yang mencintai Indonesia dengan sepenuh hati -- termasuk mencintai POLRI secara INSTITUSI -- raanya ikut sedih, malu dan terpukul atas tamparan keras di wajah dan tubuh POLRI dibalik temuan dan hasil investigasi AMNESTI INTERNASIONAL.

Kali ini, kena batunya lu !

(MS)

Rabu, Juni 24, 2009

Tiga Ballerina Dengan Tiga Pilihan Politik Berbeda Dan Kabar Terbaru Yang Mengejutkan Jenderal Wiranto Berhasil Menguasai Panggung Debat Cawapres !

http://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gifhttp://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gifhttp://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_2.gif

Oleh : Mega Simarmata, Pemimpin Redaksi KATAKAMI

Dimuat juga di WWW.KATAKAMIINDONESIA.WORDPRESS.COM dan WWW.KATAKAMIKATAKAMI.VOX.COM

Jakarta 24/6/2009 (KATAKAMI) Bisakah anda bayangkan, kalau misalnya anda punya 3 anak dan ketiganya memiliki pilihan berbeda dalam kehidupan mereka -- termasuk pilihan politik -- ?

Nah, itulah yang saya hadapi sebagai seorang jurnalis yang memang berkecimpung seluruh rekam jejak di dunia kewartawanan selama lebih dari 15 tahun. Menjelang pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden (Pemilu Pilpres) awal Juli mendatang, demam "politik" mulai mewabah juga didalam rumah saya.

Khususnya diantara ketiga puteri yang saya lahirkan seluruhnya melalui proses operasi caesar.

http://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gifhttp://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gifhttp://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_3.gif

Tika atau Skolastika (8 tahun), Mika atau Mikaela (7 tahun) dan Nika atau Gaudensnika (3 tahun). Jangan pikir mereka tidak tahu nama-nama Capres dan Cawapres yang akan bertarung di panggung perpolitikan Pilpres Indonesia.

Mereka hapal luar kepala. Dan sebagai orangtua, asyik asyik saja mengikuti pertumbuhan anak yang mencoba untuk "belajar politik" dengan menilai situasi yang ada di sekeliling mereka -- menurut daya tangkap dan kecerdasan yang mereka miliki masing-masing --.

Ketiga bidadari kecil saya ini, tidak ada yang kompak pilihannya untuk masalah Capres dan Cawapres.

Mereka hanya kompak dalam hal kelincahan menari BALLET karena ketiganya memang sama-sama mengikuti ekstrakulikuler BALLET.

http://www.formatnews.com/photo/1242981485jk%20wiranto.jpg

Bahkan, Tika -- yang sulung -- sudah mencapai grade atau tingkatan yang lumayan tinggi yaitu Grade 2. Tapi untuk urusan "politik", ketiga ballerina ini punya pertimbangan politik masing-masing yang menggelitik hati.

Tika, yang akan segera duduk di kelas 4 SD ini, secara pasti dan lantang mengatakan bahwa ia akan memilih pasangan JK - Wiranto. "Mama, aku mau pilih JK - Win (dia tahu slogan pasangan ini adalah JK - Win, red).

"Oh ya, kenapa Nak ?" tanya saya.

"Begini Mama, pasangan ini pasangan yang tercepat mengumumkan pasangannya mereka, itu lho ... mengumumkan JK - Win. Yang lain lama. Terus, Mama baca dong di iklan-iklan mereka. Mama gimana sih ? JK ... Jaga Keharmonisan ... terus katanya untuk Indonesia yang lebih mandiri, pilih JK - Wiranto" jelas Tika kepada sang "Mama" yang pura-pura tak mengerti soal politik.

http://ichwankalimasada.files.wordpress.com/2009/05/mega-prabowo.jpg

Penjelasan Tika ini, tidak diterima oleh sang adik yaitu Mika -- anak saya yang nomor dua --.

"Huh, kakak payah. Aku pilih Mega - Pro. Mega - Prabowo. Kakak lupa ya, Megawati itu nawarin SEMBAKO MURAH. Mau ... semua semua serba mahal seperti sekarang ? Aku pilih Mega - Pro. Pro Anak Muda, YESSS ! Gitu Mama, tapi iklannya sedikit di televisi. Kenapa ya ? Kalah sama iklannya JK - Wiranto" kata Mika.

Saya hanya tersenyum setiap kali kakak beradik ini berdekat soal pilihan politik mereka.

http://static.tvguide.com/MediaBin/Galleries/Shows/A_F/Di_Dp/DoraTheExplorer/crops/dora-explorer.jpg

Yang seru, kalau anak saya yang paling kecil sudah ikut angkat bicara -- yang notabene jadi musuh bersama kakak-kakaknya sebab si bungsu ini memang modal gertak saja jika mau mendapatkan sesuatu milik kakak-kakaknya --. Dalam keluarga kami, si bungsu in biasa dipanggil DORA. Itu disebabkan karena ia sangat menyukai tokoh kartun DORA THE EXPLORER, dan jangan coba-coba membelokkan jadi DORAEMON, tokoh kartun lainnya yang gendutdan lebih lucu sebenarnya -- sebab si bungsu "DORA" tidak segan-segan menggebuk kalau ada yang salah memanggil dirinya yaitu dari DORA THE EXPLORER menjadi DORAEMON.

Kalau kedua kakaknya sudah bicara "politik", si bungsu ini akan ikut ambil bagian dengan gaya dan logat bicara yang masih sangat cadel.

http://www.animated-angels.com/animated-angels/winter-angels/rose-angel.gif

"Mama, aku pilih PALTAI BUNGA ... aku ketuanya, aku yang pimpin. Aku gak mau pilih SBY, aku pilih PALTAI BUNGA. Kalau PALTAI GELINDLA yang menang, aku mau pilih PALTAI GELINDLA, tapi kata papa PALTAI GELINDLA kalah jadi juara satu. Jadi aku pilih PALTAI BUNGA ya MAMA !" kata si Nika "DORA".

Kalau sudah sok tahu dan "tidak nyambung" seperti ini arah pembicaraan, kedua kakaknya dengan sangat judes tetapi geli mendengar jawaban sang adik, akan ramai-ramai mengoreksi.

"Huuu, Dedek ... gak nyambung banget sih, gak ada lageee, PARTAI BUNGA. Sekarang pilih orangnya Dek, bukan pilih partainya kayak dulu" kata Tika, si sulung yang punya kadar kecuekan sangat amat tinggi dalam sikap dan perilakunya.

"Ah, bial aja, aku mau pilih PALTAI BUNGA, ya kan Mama. Mama pilih siapa ?" tanya si bungsu Nika "DORA".

Nah, kalau sudah ditanya seperti maka saya harus pintar-pintar menjawab.

Sebab, kalau saya jawab yang sejujurnya, mereka akan dengan mudah menceritakan kepada siapa yang mereka jumpai bahwa Sang Mama memilih si A atau si B atau si C. Jadilah, saya menjawab dengan diplomatis saya.

http://static.tvguide.com/MediaBin/Galleries/Editorial/090119/inaugural/inaugural25.jpg

"Kalau Mama, milih Obama dan Joe Biden aja ahhh ....." jawab saya sambil becanda.

Tika, si sulung menjawab "Itu kan di Amerika, Mama. Mama kan harus pilih yang di Indonesia !".

Saya jawab lagi, "Wah, kalau yang di Indonesia, rahasia dong. Pemilu kan bebas dan rahasia".

Seperti itulah gambaran pilihan politik dalam keluarga kami. Saya membiarkan dan mempersilahkan anak-anak saya yang masih di bawah umur ini untuk bicara tentang "politik" sesuai dengan gambaran dan pengertian mereka sebagai anak-anak.

Jika memang ada yang ingin mereka tanyakan, barulah saya menjelaskan.

Dan jika ada yang kurang tepat dari pandangan atau pengertian mereka, maka saya juga harus cepat memberikan koreksi agar pengetahuan politik yang tertanam dalam diri anak-anak ini memang menjadi benar sejak awal penyusunan fondasi-fondasi dalam diri mereka. Pemilu Pilpres tinggal beberapa hari lagi.

Tentu, tak cuma anak-anak saja, seluruh rakyat Indonesia dari semua lapisan menantikan PESTA DEMOKRASI yang sangat penting ini.

http://koran.seveners.com/wp-content/uploads/2009/04/indonesia-memilih1-225x300.jpg

Mari kita berikan suara dan pilihan politik kita pada Pemilu Pilpres nanti. Dan mari kita juga menghimbau kepada semua pihak untuk menghormati pilihan politik dari anak bangsa yang lain.

Janganlah ada pemaksaan kehendak. Janganlah ada rekayasa atau kejahatan-kejahatan politik yang mengebiri atau menyunat hak suara pasangan Capres - Cawapres yang menjadi pesaingnya.

Janganlah juga ada agen-agen intelijen atau perangkat keamanan -- termasuk juga semua perangkat pemerintahan -- yang patut dapat diduga memancing di air keruh untuk memenangkan pasangan tertentu. Lihatlah carut marutnya situasi pasca Pemilu Pilpre di Iran.

Apa yang mau dibanggakan dari Iran saat ini ?

Negeri mereka luluh lantak, sekitar 7 orang tewas dan ratusan orang terluka. Tetapi tetap saja, sampai detik ini tidak ada solusi politik yang bermartabat di Iran.

http://kpuklaten.com/wp-content/uploads/2009/05/centang.gif

Janganlah juga ada CAPRES tertentu yang ganti gaya dalam kampanye yaitu kebalikan dari iklan politiknya yang selama ini kerap membanggakan diri dan keberhasilan yang menggebu-gebu, sekarang dibuat jadi memelas dan sok terzolimi.

"TETAP SABAR, WALAU DICACI MAKI", demikian isi sebuah spanduk yang kami baca Rabu (24/6/2009) pagi ini di salah satu sudut kota Jakarta.

Weleh weleh, aduh piyung ... macam mana awak tak jadi bingung, yang mencaci dan memaki ente itu siapa, Jek ?

Ndak ada, janganlah berhalusinasi dan berfantasi. Jangan terbiasa menzolimi diri sendiri tetapi melemparkan kesalahan kepada pihak lain yang terus mendapat dukungan rakyat.

Saatnya INDONESIA memilih pemimpin sejati.

Pemimpin yang tidak suka MENZOLIMI. Baik itu MENZOLIMI dirinya sendiri, MENZOLIMI lawan politik, MENZOLIMI jurnalis atau media, MENZOLIMI nilai-nilai kebenaran dan keadilan".

http://www.jkwin4you.com/fotoberita/200905311932521.jpg

Dan disaat seperti ini, kabar terbaru yang hadir ke tengah rakyat Indonesia adalah, dari panggung DEBAT CAWAPRES yang diadakan Selasa (23/6/2009) malam, Cawapres dari Capres Jusuf Kalla yaitu Jenderal Wiranto berhasil menguasai panggung perdebatan itu.

Mantap !

Wiranto menunjukkan kelasnya sebagai Jenderal Berbintang 4 yang sesungguhnya. Bukan apa-apa, ada lho yang sebenarnya bukan Jenderal Berbintang 4 karena sebenarnya bintang 4 yang dimilikinya cuma sebuah pemberian cuma cuma alias gratisan dari Pemerintah Indonesia.

http://www.perspektif.net/i/art/wiranto.jpg http://toghe91.files.wordpress.com/2009/03/65464_deddy_mizwar_thumb_300_225.jpg

Beda, antara Jenderal bintang 4 yang asli, dengan Jenderal bintang 4 yang "tidak asli" karena yang "tidak asli" ada embel-embel KEHORMATAN. Lagi-lagi, yang bisa dikatakan adalah

"Weleh, Weleh, Aduh Piyung ... macam mana awak tak jadi bingung !".

Nagabonar juga pangkatnya Jenderal lho, tapi tentu saja masuk dalam kategori Jenderal bintang 4 yang tidak asli.

Sambil menunggu jadwal penyelenggaraan Pilpres awal bulan Juli mendatang, elok rasanya kalau menghibur hati mendengarkan sebuah iklan politik dari pasangan Capres - Cawapres tertentu yang kini banyak ditayangkan di berbagai media televisi ... "PAK KETIPAK KETIPUNG SUARA GENDANG BERTALUH-TALUH !".

Selamat menentukan pilihan pilihan politik yang sesuai dengan kata hati.

Pilihlah yang diyakini akan membawa Indonesia menjadi lebih baik. Jangan golput, jangan apatis dan jangan sinis. Tentukan saja pilihan. Selama masih ada hidup, maka disitu akan selalu ada harapan.

Ya, harapan untuk membawa dan membuat Indonesia menjadi LEBIH BAIK dalam pengertian yang sesungguhnya. (MS)

LAMPIRAN TULISAN SEBELUMNYA:

KISAH TIKA SANG BALLERINA KECIL YANG BERGAYA POLITIK BANTING SETIR MENYUKAI SBY, WIRANTO, PRABOWO DAN MEGAWATI SOEKARNOPUTRI


http://www.gifs.net/Animation11/Hobbies_and_Entertainment/Dances_Classic/Ballerina_moves.gif

Oleh : MEGA SIMARMATA, Pemimpin Redaksi KATAKAMI

Jakarta 5 APRIL 2009 (KATAKAMI) Ada seorang bocah kecil, Tika namanya. Saat ini ia berusia 8 tahun dan duduk di kelas 3 SD. Anak yang cantik, berambut panjang, lincah dan tubuhnya sangat lentur dalam memainkan gerakan-gerakan tarian ballet karena sudah sejak berusia 3 tahun Tika mempelajari tarian itu. Sehingga dalam usianya yang ke-8, Tika memang bisa disebut “A Liitle Ballerina Dancer”. Ia, tiga bersaudara, dan ketiganya sama-sama bocah yang cantik dan sama-sama juga memperlajari ekskul BALLET.

Dan sejak ia kecil, ia dan kedua adiknya tidak diperkenankan menonton sinetron dewasa. Sehingga yang jadi hiburan mereka hanya saluran televisi “SPACETOON” alias saluran televisi khusus anak-anak.

Atau ikut menyaksikan tayangan berita saat orangtuanya mengikuti perkembangan dari media pertelevisian.

Tika, anak yang sangat cerdas dan hampir tak pernah menangis. Ia jago dalam tarian ballet. Tapi jangan salah, anak cantik ini juga hobi berat bermain FUTSAL. Sehingga tak jarang, kalau pulang sekolah ia membawa bola plastik yang dibelinya dengan uang jajannya sendiri dari pedagang mainan di sekolahnya.

Cuma, sangking cerdasnya maka ada tingkat keisengan dalam diri Tika yang agak besar kadarnya bila sedang berhadapan dengan kedua adiknya.

Tapi jangan harap ada tanda-tanda apapun bila ia sedang melakukan provokasi. Tidak akan ada gerakan tubuh, terutama kedua tangan misalnya, jika Tika mengganggu kedua adiknya.

Biasanya, kedua bola mata sengaja ia besarkan sehingga tampak melotot atau bibirnya yang mungil sengaja dimajukan untuk mengejek. Dan semua itu bisa dilakukannya dengan sangat cepat, sehingga kalau ada yang menoleh ke arah Tika maka yang tampak adalah Tika sedang duduk manis “tanpa dosa”.

Tapi kalau sudah begitu, tunggu saja dalam beberapa detik karena kedua adiknya pasti akan berteriak marah atau menangis jengkel karena digoda oleh sang kakak.

“Tika, jangan nakal sama adik, Nak !” kata sang mama, setiap kali kejadian yang “itu-itu juga” berulang.

“Aku salah apa, Mama ? Aku kan gak ngapa-ngapain” jawab Tika dengan suara lembut dengan gaya duduk yang manis seakan benar-benar tak bersalah.

Sang Mama sudah hapal dengan keisengan anak yang manis ini. Sehingga di hari-hari selanjutnya, yang harus sangat cepat dilihat oleh mata sang mama adalah memeriksa bagaimana mimik wajah Tika bila sedang bersama adik-adiknya.

Dan akhirnya, Tika jadi tersenyum malu karena selalu kepergok oleh bunda tercinta saat matanya akan melotot atau mulutnya disengaja “dimonyongin” untuk meledek sang adik. Dan ia tak pernah tertawa keras atau terbahak-bahak. Tika, cirinya hanya tersenyum simpul saja. Beda dengan Sang Mama dan kedua anaknya yang masih kecil-kecil karena ketiganya bisa tertawa ngakak kalau ada yang sangat lucu.

Presiden SBY memandangi cucu semata wayangnya AIRA YUDHOYONO (Foto Detik)SBY, Wiranto, Megawati & Prabowo

Hal yang tak terduga dari bocah berumur 8 tahun ini adalah gaya politik banting setir yang diperlihatkannya selama beberapa bulan terakhir.

Pada suatu kesempatan misalnya, Tika mendekati sang Mama. “Mama, kalau misalnya aku boleh ikut Pemilu, aku mau pilih Partai Demokrat dan Partai Gerindra” kata Tika kepada ibunya.

“Oh ya, kenapa memangnya, Nak ? tanya sang Mama.

Sang Mama, memang membiasakan agar anak-anaknya bisa bebas, berani dan sangat cerdas menyampaikan pendapat mereka dalam hal apa saja. Tetapi jika ada yang perlu dijawab atau diarahkan, barulah orangtua berbicara.

“Iklannya Pak SBY bagus, Mama. Aku udah bisa niru lambang Partai Demokrat pakai tanganku (Tika menirukan gaya Andi Malarangeng membuat lambang Partai Demokrat dengan kedua tangan). Iklannya Prabowo juga bagus, Mama. Katanya Prabowo, nanti perekonomian kita akan bagus kalau Prabowo jadi Presiden” begitu kata Tika “menceramahi” sang ibu.

Sang Ibu manggut-manggut.

Memang, sejak awal ia mengamati iklan politik Prabowo Subianto.

Bahkan Tika bisa menghapal kalimat demi kalimat. Sementara Sang Mama, cuma hapal kalimat pembuka saja dari Iklan Prabowo Subianto di berbagai media pertelevisian yaitu, “Saya Prabowo Subianto …”.

CAPRES GERIDNRA, Prabowo SubiantoPrabowo Subianto saat bertugas semasa DANJEN KOPASSUS

Bulan Januari sampai Februari 2009, Tika bersemangat melihat spanduk atau poster Partai Demokrat dan Partai Gerindra yang terpasang dimana-mana.

Pada suatu hari, ia pernah tampak murung sepulang dari sekolah. Dan seperti biasa, ia mengajak ibunya untuk “berdiskusi” soal politik.

“Mama, kata orang-orang, Prabowo itu tukang culik anak-anak ?” tanya Tika.

Waduh, sang ibu tak bisa menyembunyikan keterkejutan karena penyebaran informasi yang sembarangan seperti itu kepada masyarakat (apalagi ke kalangan anak-anak), patut dapat diduga hal semacam itu merupakan BLACK CAMPAIGN atau kampanye hitam. Tetapi saat itu, dengan tenang sang Ibu menjawab pertanyaan Tika.

“Bukan Nak, Pak Prabowo Subianto itu tentara. TNI. Kerjanya bagus, perbuatannya baik sewaktu masih jadi tentara. Dulu, jabatannya pernah jadi Komandan Kopassus. Terus, pernah jadi Panglima Kostrad. Tidak benar kalau dibilang penculik anak-anak. Yang bicara seperti itu, nanti bisa ditangkap karena mencemarkan nama baik orang. Ngerti kan, Nak ? Jadi, Tika tidak salah kalau Tika suka lihat iklannya Prabowo Subianto” jawab Sang Mama.

Tika tampak puas dengan jawaban itu. Dan tidak pernah lagi terlihat murung seputar isu negatif dari tokoh dan partai yang iklan politiknya disukai Tika.

Iklan politik Megawati Soekarnoputri tentang sembako murahMegawati Soekarnoputri & putrinya, PUAN MAHARANI

Dan beberapa hari lalu, Tika mengajak lagi sang ibu untuk berdiskusi politik seperti biasanya.

“Mama, kali ini aku sudah punya pilihan lain. Kalau aku bisa ikut Pemilu sekarang, aku akan pilih PDI Perjuangan dan Partai Hanura. Kata iklannya PDI Perjuangan, nanti kalau Megawati terpilih, harga sembako bisa murah. Terus masalah kesehatan dan pendidikan juga diperhatikan. Aku juga mau pilih Hanura, sekarang iklannya banyak dimana-mana, Mama. Nama Ketua Umumnya Wiranto. Mama harus lihat iklannya. Kata Wiranto, kita semua harus mendengarkan hati nurani kalau mau melakukan apapun juga,” kata Tika dengan bersemangat.

Sang Ibu manggut-manggut. Tetapi tak lama kemudian, ia melanjutkan omongannya dengan menyorroti parpol lain. Sebab ada yang membuatnya penasaran.

Ketua Umum DPP PAN Soetrisno BachirPartai Persatuan Pembangunan (PPP) dengan nomor urut 24

Kalau PAN, Partai Amanat Nasional, Ketua Umumnya siapa Mama ?” tanya Tika.

“Oh, kalau PAN, nama Ketua Umumnya Soetrisno Bachir. Iklannya kan banyak Nak. Ingat gak, yang iklannya begini … Hidup adalah perbuatan” jawab Sang Mama.

Kali ini, giliran Tika yang manggut-manggut.

“Terus, kalau yang partainya berlambang hijau … P … apa itu namnya ? Kepanjangan nama Partainya apa Mama ?” tanya Tika lagi.

“P3, PPP, kepanjangannya Partai Persatuan Pembangunan” jawab sang ibu.

Tika tampak serius mendengarkan jawaban demi jawaban dari sang Ibu.

Dan Sang Ibu memang harus selalu siap dengan seribu satu macam kejutan dari anak sulungnya ini. Sebab Tika, bisa aktif bertanya dan entah darimana ia mendapatkan informasi-informasi itu. Ia pengamat yang baik. Iklan dari para CALEG misalnya, ia baca saat melintas bila hendak ke sekolah atau pulang dari sekolah.

Tika pernah sangat gusar ketika ia tahu iklan CALEG dari PARTAI PATRIOT misalnya (Presada Ginting), disingkirkan oleh CALEG lain yang memasang iklannya di tempat iklan yang lebih dulu ditempati CALEG sebelumnya. Sang Mama malah tidak memperhatikan sampai sedetail itu.

H. Japto S. Soerjosoemarno, SHYedidiah Soerjosoemarno

Ia tanyakan, siapa nama Ketua Umum PARTAI PATRIOT.

Sang Mama menjawab kepada anak sulungnya ini, “Namanya YAPTO SOERJOSOEMARNO, dulu Pak Yapto ini pimpinannya organisasi pemuda yang namanya Pemuda Pancasila” jawab Sang Mama.

Dan Tika bisa terus bertanya, kalau misalnya ia belum puas. Ia tanya, mengapa YAPTO tidak mencalonkan diri juga jadi CAPRES karena biasanya Ketua Umum Partai Politik rata-rata maju sebagai CAPRES. Kalau sudah sesulit itu pertanyaannya, maka Sang Mama memerlukan waktu beberapa detik lebih lama untuk mencari jawaban yang “diplomatis”.

“Barangkali karena memang Pak YAPTO tidak punya ambisi atau rencana untuk jadi CAPRES. Tapi kalau Tika perhatikan, anaknya Pak YAPTO ada yang jadi CALEG. Iklannya kan ada di dekat rumah kita, namanya YEDIDIAH Soerjosoermarno” jawab Sang Mama secara bijak.

Tika, bocah kecil yang bergaya politik ala banting setir kesana kemari itu memang berlangganan sebuah media anak-anak yang memuat banyak berita positif mengenai kehidupan di sekeliling kita.Tabloid BERANI namanya.

Ya, sama saja dengan koran yang dibaca oleh orang dewasa. Barangkali yang membedakan adalah cara pengemasan dan penyampaian beritanya.

Sebab, Tika bisa bercerita panjang lebar kepada sang ibu mengenai Tragedi Situ Gintung, yang terjadi di kawasan Cirendeu baru-baru ini.

Dan soal minat politik Tika, hal terbaru yang mengagetkan sang Ibu saat Tika datang dengan “rumpian politik” yang terbaru.

“Waduh Mama, gawat ini. Aku kan sekarang suka sama PDI Perjuangan. Tapi aku dengar, berdasarkan polling partai yang diperkirakan terbesar suaranya adalah PKS. Terus disusul Partai Demokrat. Habis itu baru PDI Perjuangan” kata Tika kepada sang Ibu.

Sang Ibu berusaha untuk “serius” dan sekuat mungkin menahan diri untuk tidak tertawa karena itu akan membuat sang anak tersinggung. Sebab Tika terlihat serius sekali dengan isu terbaru ini.

“Polling itu namanya jajak pendapat, yang menjawab adalah orang tertentu dan jumlahnya tidak sebesar rakyat Indonesia. Dan kadang-kadang, polling itu bisa dibeli berdasarkan kepentingan dari si pemesan. Tapi dalam hal ini, kalau tadi Tika sebut nama PKS, partai yang namanya PKS memang bagus juga, Nak. Mereka punya massa yang banyak. Jadi tidak mungkin PKS membeli polling. Ya, nanti kita lihat di Pemilu Legislatif ya. Partai politik mana yang mendapat suara terbanyak” kata Sang Mama.

Tika tampak diam tapi tetap menyimak jawaban demi jawaban dari sang ibu.

“Jadi, Tika sekarang pilih partai yang mana ?” tanya Sang Mama.

“Aku tetap pilih PDI Perjuangan, Mama. Soalnya aku mau sembako yang murah. Apa-apa sekarang ini kan memang mahal” jawab Tika dengan polos.

Sang Mama tidak berusaha untuk mendoktrin agar si anak menyukai yang ini atau yang itu, lalu mewajibkan untuk membenci yang ini dan yang itu. Tika masih terlalu kecil untuk mendapatkan doktrin politik yang terkooptasi dengan kepentingan atau pilihan politik orang dewasa.

Buat Tika, pernyataan demi pernyataan dari para Ketua Umum Parpol atau Para CAPRES 2009 adalah sesuatu yang wajib untuk disimak. Lalu, Tika membandingkan siapa kira-kira yang “janji politiknya” lebih baik dan akan membawa Indonesia ke arah yang jauh lebih sejahtera.

Itulah tadi sepotong cerita tentang minat dan gaya politik Tika yang memang sangat banting setir kesana dan kemari. Ia hanyalah anak kecil yang secara tulus, polos dan sangat sederhana telah mencoba untuk belajar politik.

Peran orangtua dalam memberikan arahan dan pengetahuan tambahan dari yang didapat si anak dari sekolahnya, memang sangat penting.

Anak mendapat banyak informasi dari dunia sekelilingnya, tanpa bisa dicegah oleh orangtua.

Mau kaya atau miskin, anak-anak tetaplah anak-anak yang harus dijaga dari segala distorsi informasi. Biarlah dengan kerangka pemikiran yang masih kekanak-kanakan, mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak Indonesia yang sehat dan cerdas.

Semua parpol dan CAPRES 2009 ini memang harus sangat berhati-hati dalam menyampaikan janji-janji politik mereka. Begitu banyak, anak bangsa Indonesia yang mendengarkan janji-janji politik itu.

Tidak cuma anak seusia Tika, tetapi seluruh rakyat Indonesia yang memang menyandang predikat sebagai anak bangsa.

Dalam hitungan jam dan hanya tinggal beberapa hari lagi, Indonesia akan menggelar agenda politik penting yang pertama di tahun 2009 ini yaitu PEMILU LEGISLATIF tanggal 9 April 2009.

Selamat berpesta demokrasi untuk kita semua, anak bangsa Indonesia. Berikan suara anda. Dan mari kita berikan suara dan pilihan politik kita untuk menjadikan Indonesia bisa tetap melanjutkan perjalanannya ke depan secara lebih demokratis.

Seperti slogan yang disampaikan pihak MABES POLRI lewat spanduk-spanduk di sejumlah tempat, “PILIHAN BOLEH BERBEDA, TETAPI PEMILU HARUS TERTIB DAN DAMAI”.

POLRI dengan dibantu oleh TNI bertugas mengamankan PEMILU 2009 agar berjalan tertib dan damaiPengamanan PEMILU 2009 oleh POLRI

Janganlah ada pihak manapun yang terpancing atau berinisiatif melakukan sesuatu yang berdampak buruk bagi INDONESIA.

Mata dunia internasional akan mengarah kepada bangsa INDONESIA saat pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April mendatang. Dan memang menjadi tugas POLRI, dibantu TNI, untuk mengamankan pelaksanaan Pemilu Legislatif tanggal 9 April mendatang agar terlaksana secara baik dan suskes.

Kita jaga bersama-sama agar semua tahapan pelaksanaan Pemilu Legislatif itu berjalan secara baik.

Dan yang terpenting, seperti yang disampaikan oleh pesan MABES POLRI tadi, Pemilu harus tertib dan damai.

Siap menang, siap kalah. Itulah prinsip yang harus dipegang dan dilaksanakan oleh semua parpol dan caleg-calegnya.

TikaIlustrasi gambar TIGA BALERINA

Dan kembali ke soal Tika, bocah kecil yang punya minat tinggi dalam masalah politik. Dia adalah anak saya. Anak yang lugu tetapi memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi.

Untunglah Tika belum saatnya memilih pada tanggal 9 April nanti. Sebab, kalau misalnya ia boleh memilih maka saya yakin kertas suara yang pertama kali dinyatakan tidak sah adalah kertas suara yang dicentang atau dicontreng oleh Tika. Sebab, ia bisa saja akan mencontreng atau mencentangkan di banyak parpol yang ia sukai iklan politiknya selama ini. Dari mulai Partai Demokrat, Partai Gerindra, PDI Perjuangan, Partai Hanura dan belakangan karena mendengar nama Partai Keadilan Sejahtera (PKS), Tika juga jadi mengamati parpol yang satu ini.

TikaSalam dari TIKA, untuk anda yang menjadi CAPRES, Ketua Umum dan kader dari semua partai yang disukai oleh anak yang lugu ini. Juga kepada semua PARPOL yang menjadi peserta PEMILU LEGISLATIF 2009 dan para kandidat CAPRES lainnya yang akan maju dalam pertarungan PILPRES 2009.

Bukan maksud Tika untuk melakukan diskriminasi karena dengan keluguannya ia cuma menyoroti sejumlah kecil partai politik. Ia hanyalah bocah kecil yang masih belum memahami perpolitikan secara utuh dan menyeluruh.

Sekali lagi, selamat berpesta demokrasi untuk kita semua, anak bansgsa INDONESIA. Berikan suara anda dan pilihkan yang memang anda yakini akan membawa INDONESIA ke arah yang jauh lebih baik dan sejahtera.

(MS)